Sumber Kesaksian: Emma Sibarani
Tahun 1985, Emma Sibarani memulai usahanya dengan berjualan makanan khas Tapanuli Utara. Sejak itu pula, Emma gemar bermain judi. Bahkan tempat berjualannya pun dipakai untuk bermain judi. Tahun 1988 Emma sebenarnya sudah masuk ke jenjang kehidupan yang lebih tinggi yaitu untuk berkeluarga. Tapi karena ia bergaul dengan orang-orang yang hebat berjudi, hidup Emma menjadi hidup yang tiada hari tanpa judi. Semua uang yang jumlahnya lumayan dari rumah makan yang ia miliki dihabiskan begitu saja olehnya.
Kadang Emma pergi jumat dan pulang hari senin tanpa membawa modal untuk berjualan, sehingga nasi yang sudah dimasak menunggu lauk terpaksa harus dibuang di rumah makan tersebut. Suaminya, Martahan Sibarani telah berusaha memberikan nasehat untukknya. Tapi karena watak Emma yang keras, sehingga setiap nasehat justru membuat pasangan itu bertengkar. Suami Emma akhirnya selalu menyerah dan membiarkannya pergi bermain judi karena dalam keadaan tidak terima ditegur, Emma bisa membanting barang-barang dalam rumah mereka.
Kebiasaan berjudi Emma mulai merambat ke kebiasaan meminjam uang sana sini, merokok dan juga minum minuman keras. Kadang ia juga pergi dengan teman-teman judinya ke klab malam dangdut untuk bergoyang. Intinya, semua keinginan dagingnya selalu diikuti dan dipuaskan.
Pada tahun 1996, terjadilah sebuah insiden yaitu terbakarnya wilayah tempat Emma berjualan. Dari 12 tempat makanan yang terbakarnya, rumah makan Emma satu-satunya yang selamat dari api. Selama 9 bulan ia berjualan sendirian di lokasi tersebut sampai petugas kota memutuskan untuk menjadikan lokasi dekat pelabuhan itu sebagai taman. Emma yang saat itu masih tetap memiliki kebiasaan berjudi dikejutkan oleh bulldozer yang tiba-tiba datang menghancurkan tempat usahanya. Ia berteriak meminta kegiatan itu dibatalkan namun usaha itu sia-sia belaka.
Ditengah kepanikan di siang hari itu, Emma lari meminta pertolongan kepada teman-teman judinya. Tapi kenyataan pahit yang harus diterima Emma. Tidak ada satupun dari mereka yang mau membantu Emma. Dalam kebingungan, Emma berjanji untuk tidak akan pernah lagi datang ke tempat berjudi itu.
Ia dan keluarganya kemudian pergi mencari tempat tinggal baru dan mendapat tampungan dari adikknya yang tinggal di daerah Pulomas. Di tempat barunya ia mulai merenungkan semua uang yang sudah ia hamburkan sia-sia. Ia sadar bahwa kini keadaannya yang tidak punya uang dan tidak punya rumah sungguh menyedihkan. Disitulah Emma mulai ingat kepada Tuhan. Ia berdoa minta Tuhan mengampuni semua dosa dan kesalahannya dan rindu Tuhan untuk menjamah hatinya.
Kerinduan itu mengantar Emma ke gereja. Pada hari minggu itu, ia bertekad untuk berjupa dengan Yesus.
Di gereja, kotbah pendeta seolah bicara langsung padanya. Firman itu menyatakan bahwa tidak peduli seseorang itu datang darimana, yang penting dia datang karena Kristus. Dan jika orang itu mau berseru, maka Tuhan akan mendengar. Emma merasa benar bahwa Firman itu untuknya. Ia tahu bahwa dalam hidupnya yang penuh kejahatan, belum pernah ia berserah pada Tuhan.
Emma mulai berdoa mengenai keinginan dagingnya yang selama ini membelenggu. Rokok dan judi yang mengikatnya ia akui dihadapan Tuhan. Dan Tuhan mendengar doa orang yang hancur hatinya. Di hari minggu itu Emma pulang sambil bersukacita karena Roh Kudus mulai bekerja dalam hatinya. Pertobatan itu berlangsung tahun 1996 akhir.
Beberapa waktu setelah itu, Emma mencari tempat untuk membangun kembali rumah makannya dan menemukan sebuah tempat yang bisa disewa bulanan. Suaminya memberanikan diri untuk meminjam 200 ribu dari seorang saudara. Ditengah bisnis yang mulai ia tempuh, seorang petugas pelabuhan tanpa sengaja melewati rumah makannya. Ternyata di daerah pelabuhan, sebuah tempat rumah makan baru saja dibangun dan petugas itu mengingat akan Emma. Dia menawarkan apakah Emma bersedia membuka kembali rumah makan didaerah pelabuhan.
Begitu Emma setuju, ia langsung ditempatkan di lokasi yang sangat strategis sehingga usahanya menjadi lancar. Tahun 1997, ia mendapat hikmat untuk mengambalikan semua uang yang pernah ia pinjam. Dan kini Emma tahu bahwa bahwa yang paling berharga dalam hidupnya ialah pada saat Yesus merangkul hidupnya, karena ketika dosanya hampir matang dan berbuahkan maut, merangkulnya kembali dan merubah seluruh hidupnya. Kini Emma mengakui dengan bibirnya bahwa Yesus adalah Tuhan yang hidup dan tanpa Yesus ia tak dapat berbuat apa-apa.
Untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. Kisah Para Rasul 26:18